• Kementrian Pariwisata Puji Fashion Asal Wakatobi

image_title
Ket: Dr.Muhammad Amin Abdullah saat menyerahkan Piagam penghargaan sebagai 110 event terpilih dalam kharisma event nusantara dari Kemenparekraf RI kepada Bupati Wakatobi, H.Haliana,SE.
  • Share

    BUMISULTRA

    WAKATOBI - Direktur Film dan Animasi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI), Muhammad Amin Abdullah rupanya terpikat fashion asal Kaledupa, Wakatobi. Hal ini disampaikannya saat beri sambutan pembukaan even Wave tahun ini di selenggarakan di lapangan Merdeka Wangi-Wangi. Kamis(12/9/2024).

    Ia kagum dan memuji fashion usai karnaval budaya di tampilkan perwakilan tiap pulau baik Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko jelang detik-detik pembukaan Wakatobi Festifal and Expo (Wave) 2024 yang mengambil tema water Wonderland.

    "Ini perpaduan kearifan yang unik. Satu subsektor yang sangat potensial didaerah ini adalah Fashion", sebutnya.

    Ia bahkan berbangga bisa memperoleh baju dari tenun asal Kaledupa, Kabupaten Wakatobi yang di rancang khusus dengan waktu yang dianggapnya singkat namun hasilnya sangat memuaskan.

    "Bapak - Ibu apa ada yang tahu busana darimana saya pakai. Ini busana asal Kaledupa. Di jakarta, ini lagi trand fashion dan saya akan gunakan ini di kantor", sebutnya dengan bangga sembari memegang baju bermotif tenun asal Kaledupa tersebut.

    Terpisah dari tenun asal Kaledupa. Menurutnya, tema yang di usung dalam even Wave tersebut mengangkat tema khusus 'water wonderland' merupakan tema yang kuat diusung guna mempengaruhi kegiatan didalamnya.

    Water wonderland mengangkat kreatif sejarah suku Bajo yang merupakan salling point dalam event. Ini berhubungan event nasional dimana pemerintah pusat menarget 1,25 - 1,5 Milyar kunjungan wisata atau 4,4 juta lapangan kerja baru.

    Wave, juga adalah satu- satunya event di Sultra terpilih masuk dalam kharisma event nasional (KEN) sehingga diharapkan ada kreatif dalam mengembangkan budaya dan UMKM dan tentu memiliki pilot project yang baik serta menerapkan layanan Qris yang membantu kelancaran transaksi wisatawan yang datang ke destinasi wisata.

    "Ini untuk mempermudah mengukur jumlah kunjungan, pelaku pariwisata dan estimasi transaksi saat festival. Olehnya itu, mestinya menggunakan Qris agar dampaknya bisa terukur", harapnya.

    Sesuai penjelasannya, ia cukup mengenal Kabupaten itu sebab terhitung ke-4 kalinya mengunjungi Wakatobi sejak 2008 silam kala pertama kali Wakatobi mengadakan seminar tahun itu.

    "Kemudian saat survey tahun 2018 dan ke-4 kalinya pelaksanaan Wave 2024, tahun ini", jelasnya.

    Ia pun menyinggung kuliner yang memiliki kesamaan asal daerahnya di Sulawesi Tengah kota Palu. Termasuk budaya tidak terlalu asing yakni asal suku Tolaki yang disebutnya mirip dengan suku Kaili.

    "Kuliner Wakatobi ada doko-doko sama juga namanya di Palu, doko-doko. Asal saya dari Palu, Sulawesi Tenggah, kita ini tetanggaan meski kerja saya di Kementrian Pariwisata", tutupnya.

    Hadir dalam festival itu Kepala Bidang hukum dan politik Pemprov Sultra, La Ode Fasikin, Kepala OJK Sultra, Arjaya Dwi Raya, Bupati Wakatobi, H.Haliana, Wakil Bupati, Ilmiati Daud, Ketua DPRD, H.Hamirudin serta unsur forkopimda.(*)


    Penulis | La Ilu Mane