• Konektifitas Jalur Rempah Masa Lalu, Mencuat di Konferensi SeaBRnet

image_title
Ket: Ketua BPP Wakatobi, Saleh Hanan
  • Share

    BUMISULTRA

    WAKATOBI - Konektifitas jalur rempah menjadi bagian isu penting dalam pertemuan seaBRnet di Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Hal ini dikemukakan ketua Badan Promosi Pariwisata, Saleh Hanan, disela kegiatan itu, diadakan Patuno Resort pada Senin (30/04/2024).

    Jalur rempah masa lalu ini ditawarkan kepada peserta dan delegasi negara-negara Asia Tenggara yang turut hadir lewat pameran dan gelaran seni budaya.

    Dalam catatan lokal, masyarakat Wakatobi berabad lamanya telah berinteraksi secara harmonis, membangun hubungan yang menyatu satu sama lain tanpa sekat lalu intraksi ini disebut Palaosi.

    Menurut, Saleh Hanan, jalur rempah ini dikenali luas setelah bangsa Eropa mulai melakukan pelayaran. Padahal warga lokal Wakatobi dan orang-orang Buton telah melakukan konektifitas antar Jawa, China dan bangsa Arab.

    "Tahun 1512, baru Portugis menemukan pulau Banda, jadi kurang lebih tahun itu baru ada istilah jalur rempah. Namun sebelumnya China dan Arab sudah melakoni jalur rempah ini", ucapnya.

    Dengan itu, istilah penyebutan jalur rempah bagian penyebutan awal jalur perdagangan maritim yang tidak diketahui bangsa-bangsa Eropa guna menutup jalur politik dagang serta rahasia dagang.

    "Ya itu yang memicu bangsa Eropa melakukan pelayaran sendiri mencari jalur rempah sehingga saat tiba di Malaka yang dicari adalah Maluku", sebutnya.

    Terpisah, Wakatobi sendiri nanti dikenal Eropa setelah ada perjanjian Bongaya antara kesultanan Buton dan Spelmann per Juni 1667. Saat itu, pihak Kesultanan Buton menyarankan agar rempah asal Wakatobi seperti cengkeh, pala dan kacang kenari dimusnahkan dengan tujuan tidak dilirik pihak Eropa sebagai pemicu daerah itu dijajah.

    Kata dia, Pala hidup di pulau Binongko, Cengkeh dan Kacang Kenari di pulau Wangi-Wangi menjadi modal melayarkan rempah dari Semenanjung ke Jawa kemudian ditukar atau dijual lalu dibelikan barang-barang industri selanjutnya dibawa kembali
    ke timur

    Disaat yang sama, ada Perempuan Buton bernama Wa Ode Wau telah memiliki armada pelayaran hebat dengan jumlah kapal dagang sebanyak 300-an, turut pula menjadi armada melakukan pelayaran rempah jauh dari jangkaun orang-orang lokal Wakatobi

    Ia menjelaskan bukti-bukti adanya warga lokal yang melayari jalur perdagangan rempah tersebut saat melayarkan rempah ke Temasik (Singapura) ketemu orang portugis di Malaka

    "Pesan utama dari pameran ini adalah tentang kebudayaan yaitu konektifitas antar pulau-pulau, antar manusia antar kebudayaan yang ada di jalur rempah sebab mandat cagar biosfer itu menyangkut alam dan kebudayaan", bebernya.

    Masih sesuai penjabarannya,
    Pameran memberi ruh tentang kebudayaan yang diangkat jalur rempah karena berkaitan budaya orang lokal Wakatobi dalam hal budaya maritimnya sebab jika ditonjolkan cagar biosfer dari sisi ekologi maka akan kehilangan spiritnya.

    "Jadi dari sisi kebudayaan, pilihan jalur rempah dan itu bagian simulasi perjalanan orang Wakatobi", tutupnya.(*)


    Penulis | La Ilu Mane