• 2 Benteng Lagi di Wakatobi Kembali Direkom Tim Ahli

image_title
Ket: Plt.Bupati, Ilmiati Daud saat memberi sambutan di aula hotel Wisata. Sabtu (23/11)
  • Share

    BUMISULTRA

    WAKATOBI - Tim ahli cagar budaya kembali merekomendasi pengusulan dua benteng di kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menjadi situs budaya nasional. Hal ini diungkap Hamirudin Udu, salah satu dari 5 tim ahli saat penyelenggaraan sidang kajian di aula hotel Wisata. Sabtu (23/11/2024).

    Kegiatan di selenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat turut menghadirkan Plt.Bupati, Ilmiati Daud dan beberapa kepala OPD, Camat Wangsel, para tokoh adat Liya, Mandati, Wanci serta Kapota dan sejumlah masyarakat

    Sesuai penjelasan ketua panitia Kepala bidang kebudayaan Diknas Wakatobi bahwa pengusulan 2 benteng yakni benteng Mandati Tonga serta benteng Kapota Togo Molengo merupakan bagian usulan setelah benteng Liya dan Tindoi berhasil di tetapkan tahun 2022 silam.

    Kata dia, deretan benteng-benteng itu dalam data bidang kebudayaan tercatat 198 benteng yang ada sekaligus menjadi tugas semua pihak untuk turut melestarikan sebagai situs budaya yang ada di kabupaten Wakatobi.

    Plt.Bupati, Ilmiati Daud menyampaikan rasa syukur atas tambahan pengusulan 2 benteng tersebut serta berbangga sebab Kabupaten Wakatobi selain dititip sumberdaya alam melimpah terutama hasil laut juga warisan budaya yang luar biasa.

    Baik warisan budaya berupa benteng maupun warisan budaya tak benda bahkan diantaranya tari lariangi asal Kaledupa telah di akui lembaga dunia, Unesco sejak 2018 lalu saat dirinya dipercaya mendampingi H.Arhawi selaku Bupati Wakatobi turut terlibat langsung dalam penetapan.

    "Salah satu tim ahlinya adalah Pak Dr.Taalami, saat itu saya sama-sama pak H.Arhawi, menyertai tarian lariangi", ucapnya.

    Kendati baru 2 benteng ditetapkan kementrian kebudayaan sebagai situs budaya dan tari lariangi sebagai warisan tak benda diakui dunia lewat lembaga Unesco akantetapi jumlah situs budaya dari 198 yang ada tersebar ke empat pulau Wakatobi perlu untuk dijaga dan dilestarikan dimana semua pihak memiliki kemauan untuk itu.

    "Itu di Kapota, ada warga naik kuda, itu bagian dari cerita story talling.Kalau bisa saya masukkan, konsep budaya kita harus buat dan bila perlu semua stakholder, untuk kegiatan sektor kepariwisataan", tambahnya.

    Ia mencontoh Bali.Kata dia, Bali dibuat story talling bahkan terkesan tidak masuk akal, seperti masuk ke suatu tempat harus pake sarung tetapi nilai ekonominya berapa lalu masuk kesuatu lokasi dimana ada situs batu dengan story tallingnya untuk merubah nasib harus bayar lagi. Ini semua potensi ekonomi.

    "Ada kepala desa disini, ada study tiru, kalau perjalanan seharusnya tiru kebudayaan diluar, coba lihat pariwisata kita hari ini, akhirnya mati suri", ucapnya.

    Tak hanya Kades di sentilnya. Dinas terkait dituntut pula berinovasi dengan wisata. Di Dinas Kelautan dan Perikanan , potensi mengadakan festival mancing mania. Kemudian Dinas Pendidikan festival layang-layang.

    "Layang-layang ini dilakukan oleh para nelayan kita untuk memancing ikan. Termasuk mengemas budaya kita lewat busana batik tenun kita sehingga ketika ceritakan Wakatobi tak perlu berbusa-busa, dari panggung ke panggung, tapi cukup pakai batik saja Wakatobi bisa dikenal", bebernya.

    Dalam sidang kajian, oleh tiga tim ahli yang hadir diantara Sumiman Udu, Rustam Awat dan Jarmasi menyimpulkan sejumlah hal serta turut merekomendasi ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wakatobi guna diusulkan penetapan menjadi situs budaya ke Kementrian Kebudayaan RI. (*)


    Penulis | La Ilu Mane