-
BUMISULTRA
WAKATOBI - Peringatan hari anak nasional (HAN) digelar Pemda Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Plt.Bupati, Ilmiati Daud mengenang perjalanan Khaerun menjadi pelajaran berharga bagi anak-anak Wakatobi. Hal ini diungkap saat memberi sambutan didepan kantor Bupati pada Rabu (30/10/2024).
"Saya dengar tadi ada anak Wakatobi bernama Khaerun, anak SMA N.2 yang ditahan Abu Sayyab. Dia diantara korban tawanan Abu Sayyab pada tahun 2020 itu dari Wakatobi terbanyak dan proses pembebasan termasuk ananda Khaerun kebetulan saya yang ikut terlibat", sebutnya
Kata dia, kisah pilu Khaerun minimal menjadi pelajaran berharga dan jangan lagi terjadi pada anak-anak lainnya di Kabupaten Wakatobi.
Ia menyebut proses pembebasan Khaerun tidaklah mudah, selain bertaruh nyawa. Khaerun menyaksikan langsung selama 15 bulan proses disandera pihak Abu Sayyab bersama Paman dan rekannya bukan lah sesuatu yang mudah dijalani hanya karena nasibnya sebagai nelayan
Bahkan dalam proses pengejaran usai berhasil melarikan diri, ada seorang rekan tawanannya meninggal kelelahan usai berenang menyebrangi lautan selama 10 jam lamanya, tanpa alat bantu.
"Negeri kita kaya raya, Wakatobi negeri luarbiasa, jika punya skill enterprenuer maka dipastikan anak-anak akan maju", tambahnya.
"Selamat kepada anak-anak kabupaten Wakatobi, semoga lebih rajin belajar, ibadah, dan berbakti kepada orang tua", sambungnya.
Khaerun, anak kelas 1 SMA N.2 Wangi-Wangi Selatan merupakan siswa yang disertakan panitia penyelenggara Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Wakatobi agar turut berandil memberikan inspirasi anak-anak Wakatobi.
Khaerun membacakan kisah perjalanan hidupnya saat menjadi nelayan diperbatasan laut Sabah- Malaysia bersama paman dan 4 rekannya namun tak disangkanya justru menjadi hari buruk kala sejumlah pasukan bersenjata Abu Sayyab menyandera mereka.
"Pada tanggal 17 Januari 2020, 4 tahun silam saya bersama Paman saya menangkap ikan di Tambisan, Sabah Malaysia namun tiba-tiba orang bersenjata naik ke kapal kami dan dijadikan sandera lalu dibawah kesalah satu pulau di negara Filipina", ungkap Khaerun.
15 bulan lamanya proses sandera terjadi dengan 12 kali upaya penyelamatan dari gabungan Tentara Filipina-Indonesia hingga terjadi kontak senjata membuat trauma tersendiri.Apalagi saat baku tembak itu pihak Abu Sayyab meninggal 1 orang persis didepan matanya hingga mereka diancam bakal di bunuh jika tidak dapat tebusan.
Kendati alami rehabilitasi kurun waktu 7 bulan lamanya usai berhasil dibebaskan pertanggal 21 Maret 2021 silam namun ingatan itu terus membekas dibenaknya.
"Dengan pengalaman itu saya berpikir untuk menyongsong masa depan dengan belajar agar tercapai cita-cita dengan kembali bersekolah di Wakatobi, mudah dan tak perlu merantau jauh untuk mendapat pekerjaan di kemudian hari", harapnya.
Kepala Dinas P3A, Budiana Wardani menyebut Khaerun baru di ketahui setelah pindah 3 bulan lalu dan bersekolah di SMA N.2 Wangi-Wangi Selatan. kendati begitu, mereka berjanji bakal memberi perhatian lebih atas Khaerun yang mau melanjutkan pendidikan setelah sempat putus sekolah di Malaysia. (*)