-
BUMISULTRA
Rasmadi, 43 tahun, berdiam diri sendiri di rumah tanpa aktifitas tujuh bulan belakangan. Benjolan besar dilutut kiri, membuatnya berdiri dan melangkahkan kaki merupakan hal mustahil baginya.
Kediaman Rasmadi tampak dari luar memiliki bangunan semi permanen. Namun, dari dalam rumah disuguhan pemandangan kontras terlihat tidak seperti seharusnya dalam suasana rumah pada umumnya. Seakan tak berpenghuni, perabot rumah tangga dan pakaian di biarkan begitu saja.Pria di Desa Kalibu, Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara (Butur) Sulawesi Tenggara ini tinggal seorang diri sejak berpisah dengan istrinya tiga tahun lalu, ia di karuniai empat orang anak, dua diantaranya telah menikah, Wa Ine (22 tahun) Nismawati (20 tahun), La Ceta (15 tahun) , Pandji (10 tahun).
"Sejak bercerai saya sudah tinggal sendiri, anak-anak yang sudah menikah jarang kesini" ujarnya sembari mengusap keringat.
Sebelum benjolan lutut Rasmadi membesar, sempat pihak keluarga beberapa bulan lalu membawa Rasmadi ke Rumah Sakit Umum Daerah Butur, di lakukan perawatan dan pemeriksaan penunjang lainnya, Namun pihaknya (RSUD) menganjurkan untuk di rujuk ke RS yang fasilitasnya lebih lengkap.
Saat itu, diskusi panjang bersama keluarga berujung di tundanya keberangkatan Rasmadi ke Rumah Sakit pusat rujukan di Kendari dengan alasan biaya perawatan dan biaya hidup yang tinggi. Jangankan berobat, makan minum saja menunggu keluarga.
Dengan sabar ia bercerita, sebelum sakit sehari-harinya bekerja di tempat pengolahan batu merah di desanya dengan penghasilan cukup buat anak istrinya kala itu " Dulu saya kerja sehari dapat 70 ribu , dari pagi sampai sore" lanjutnya.
Saat ini , anaknya (La ceta) sudah tidak melanjutkan pendidikan seakan mengikuti jejak ayahnya menjadi kuli batu merah untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan ayahnya. Namun, ia jarang di rumah . Sedangkan anaknya yang bungsu (Pandji) ikut ibunya.
"Saya cuma mengharap uluran tangan keluarga dan pemerintah, saya sudah tidak bisa apa-apa, ke kamar mandi saja menggunakan dua tangan untuk sampai kesana" keluhnya.
Setiap harinya La Ceta di bawah terik matahari, bermain tanah liat demi mendapatkan uang Rp 15 ribu. Ketika teman sebayanya berseragam rapi berangkat sekolah, La Ceta malah sebaliknya mengenakan pakaian lusuh hingga menjelang sore. Rutinitas itu ia lakukan tanpa mengeluh, diakah Si Bocah Tanah Liat ?
Hingga tulisan ini di muat keadaan Rasmadi sangatlah memprihatinkan, tinggal bersama seorang anak remaja yang seharusnya menikmati manisnya pendidikan malah meniadi korban dari berpisahnya kedua orang tuanya. Beban pikiran Rasmadi bertambah mendengar kabar Nismawati anaknya, ditikam mantan suaminya hingga harus di larikan ke rumah sakit Palagi Mata Kota Bau-bau. (*)