• Peran Milenial dan Gens-z Dalam Pilkada Serentak 2024

image_title
Ket: Ahmadi
  • Share

    BUMISULTRA

    Pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024 akan menjadi momen penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Dalam konteks ini, peran generasi milenial dan Gen Z semakin menjadi sorotan. Sebagai dua kelompok usia yang mewakili pemilih muda dengan jumlah 35,75 persen dari DPT nasional atau sekitar 87 jutaan dari 219,8 juta pemilih di Indonesia ( Siregar dkk., 2023).

    Tentu, tidak hanya memiliki potensi untuk memengaruhi hasil pemilu, tetapi juga untuk membawa perubahan signifikan dalam pola pikir politik dan partisipasi masyarakat.  Milenial, yang kini beranjak dewasa, telah terbiasa dengan teknologi dan informasi yang cepat, sementara Gen Z, yang lebih muda, dikenal sebagai generasi yang lebih kritis dan sadar akan isu-isu sosial.

    Kehadiran mereka dalam pilkada tidak hanya menambah jumlah pemilih, tetapi juga membawa perspektif baru dalam mendukung kandidat yang mereka anggap mampu menjawab tantangan zaman. Melalui penggunaan media sosial dan platform digital, kedua generasi ini memiliki kekuatan untuk mendiskusikan, mengadvokasi, dan memobilisasi suara mereka, menciptakan dinamika baru  bukan hanya dalam tataran nasional melainkan dalam politik lokal (daerah).  

    Dengan memahami karakteristik dan aspirasi mereka, kita dapat melihat betapa pentingnya peran milenial dan Gen Z dalam membentuk arah kebijakan dan kepemimpinan di daerah masing-masing. Pilkada 2024 bukan hanya sekadar ajang pemilihan; ini adalah kesempatan bagi generasi muda untuk bersuara dan menentukan masa depan yang mereka inginkan.  Oleh sebab itu Generasi Z berpotensi besar dan porsi secara signifikan berpengaruh pada Pemilu dan Pilkada serentak tahun 2024.

    Pendidikan pemilihan umum memiliki keterkaitan yang erat dengan pemilih pemula, yang merupakan target utama bagi partai politik untuk mendapatkan dukungan mereka.Pemilih pemula adalah mereka yang berusia antara 17 hingga 21 tahun, yang baru pertama kali memiliki hak pilih mereka dan umumnya lahir antara tahun 1997 hingga 2012 (Veronica, 2024).

    Dengan jumlah yang besar, generasi ini memiliki potensi untuk menentukan arah kebijakan dan pemimpin masa depan. Karakteristik mereka yang digital savvy atau generasi yang paham digital  , kritis, dan peduli pada isu-isu sosial- juga budaya seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, serta hak asasi manusia, membuat mereka berbeda dari generasi sebelumnya.

    Media sosial memainkan peran penting dalam membentuk opini politik mereka. Kampanye politik yang efektif bagi generasi ini harus menggunakan platform digital, seperti Kaskus,  Facebook, Instagram, TikTok, dan Twitter dan sebagainya, serta menyampaikan pesan yang relevan dengan nilai-nilai mereka.

    Namun, meskipun lebih mudah diakses informasi, Milenial dan Gen Z juga rentan terhadap misinformasi. Media sosial dapat digunakan sebagai saluran gerakan masyarakat sipil dalam membangun advokasi, pemberdayaan, dan kritik sosial terhadap berbagai kebijakan publik, termasuk memperkuat pelembagaan demokrasi di Indonesia (Arianto B, 2022). Gerakan civil society, demokrasi digital sedikit demi sedikit mulai berpengaruh, bagaimana milenial genZ memepengaruhi kesadarn publik. Keterlibatan aktif generasi ini dalam proses demokrasi, seperti berpartisipasi dalam debat publik dan menggunakan hak suara mereka, menjadi kunci dalam membentuk masa depan politik negara.

    Generasi  Minlenial dan genZ menjadi "digital watchdog"

    Milenial dan Gen Z memiliki peran penting dalam memerangi hoax saat Pilkada 2024. Sebagai generasi yang melek digital, mereka sering kali menjadi kelompok yang pertama kali menerima dan menyebarkan informasi.  Penyebaran informasi hoaks atau berita palsu ini akan sangat menyesatkan pemilih juga  milenial dan genZ membuat suasana tidak kondusif terutama terkait informasi-informasi politik.

    Oleh karena itu, mengapa sosialisasi dan edukasi demikian pentingnya memperkuat literasi informasi khususnya untuk menangkal informasi hoaks juga ujaran kebencian dalam suasana pesta politik yang akan segera terselenggara 27 Nopember 2024 serentak di seluruh daerah  di Indonesia.

     Oleh karena itu, kesadaran akan bahaya hoax sangat diperlukan. Generasi ini dapat menjadi "digital watchdog" dengan memverifikasi informasi sebelum membagikannya melalui platform media sosial. Mereka juga bisa berperan aktif dalam edukasi masyarakat dengan menyebarkan fakta yang valid dan melaporkan konten hoax. Dengan kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi, Milenial dan Gen Z berpotensi menjadi benteng utama melawan penyebaran hoax yang bisa merusak proses demokrasi.

    Selain itu, mengeksplorasi tentang landasan literasi media yang diperuntukkan bagi masyarakat akademis. Nurhaipah & Zakia R. 2024) Tingginya otoritas generasi milenial atas hak suara menjadi salah satu aspek yang harus diprioritaskan oleh setiap tim sukses, hanya saja pemilih generasi milenial sangat akrab dengan kemajuan teknologi sehingga membuat tim sukses berpikir keras dalam merumuskan strategi kampanye.

    Fauzi 2020 Corey Seemiller dan Meghan Grace dalam buku Generation Z Goes to College menjelaskan bahwa kelahiran generasi Z yang juga disebut sebagai GenZ, iGen, atau Zoomers setelah lahirnya generasi milenial (Generasi Y), yang dalam proses tumbuh kembangnya telah menggunakan teknologi di kehidupan sehari-hari, sehingga mereka memiliki kemudahan dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan globalisasi pada era digital dan dalam kesadaran secara sosial dan politik, Generasi Z dikenal memiliki kepedulian akan isu-isu yang tengah berkembang di masyarakat dan sering kali aktif dalam upaya memberikan perubahan positif.

    Secara positif, kecanggihan teknologi digital  terbuka ruang  bagi masyarakat dalam mengemukakan gagasan, kritik, dan turut serta mengawasi jalannya pemilihan umum atau pilkada 2024 termasuk peran milenial dan genZ.

     Tentu juga melalui segenap peran masyarakat, kaum milenial dan Gen Z yang aktif ini  dapat membantu menjaga integritas Pilkada 2024 dan mendorong terciptanya pemilihan yang jujur dan transparan. (*)


    Penulis | Nana