• Putra - Putri Ka - Tobengke Itu Adalah MELAYU

image_title
Ket: La Ilu Mane
  • Share

    BUMISULTRA

    Tepat 9 bulan Rajab 7 bersaudara itu berpisah. Hendak ke negeri tujuan, negeri nan jauh usai ayah mereka La Hundu Use menerjemahkan mimpi jika negeri Melayu akan diberangus bangsa portugis usai mereka di kalahkan beberapa tahun silam.

    Tujuh Armada berturut tenggelam didasar laut melayu. Kala sesumbar menghadapi 4 bersaudara La Musu Bhatara Soranggunu, La Musu Bhatara Nggunu, La Musu Bhatara Sorambone dan La Musu Bhatara Mbone hanya bersenjatakan senjata-senjata tempaan tradisional milik ayah mereka

    Tolowu nama senjata dimiliki sang Kakak. Senjata gagang tanduk berbentuk memanjak menyerupai parang penyebutan zaman ini. Ia sang Kakak bernama La Musu Bharata Soranggunu yang sudah disunat diamanahkan memegang karena dianggap mampu dan sudah dewasa. Tolowu diberi pasangan do'anya Longka-Longka

    Doa tanpa bertanding lawan pun lari. Longka-Longka Tambisisi lah tertinggi lawan lari tanpa iman, itu ajaran ayahnya saat do'a itu dibacakannya malam hari.
    Berturut, 3 adiknya yang lain, masing-masing senjatanya ada do'a. Kata ayah mereka lagi.

    Kisah pemberian senjata beserta do'a itu belakangan dikenal 4 senjata 4 doanya. Kisah itu tersusun lewat cerita tersimpan rapi bukan buku sejarah melainkan pada generasi ke generasi orang Ka-Tobengke, bukan juga setiap orang.

    Orang-orang pendahulu yang diamanahkan mengunjugi pulau bertanjung disebut napa masa itu.Tobengke sendiri bukan nama suku berpenghuni hampir 10 ribu wajib pilih masih hidup se-rumpun di Kota Baubau.

    Tobengke itu lahir belakangan, konon itu adalah gelar. Tobengke artinya memotong
    Hanya gelar ini sengaja dikubur...

    Namun Tobengke itu mendapat tambahan kata penegas diawal kata dengan sebutan 'Ka', maka jadilah ia Ka-Tobengke

    Hanya kisah ini bukan itu arahnya. Ini tentang muasal.

    Perjalanan memakai rakit meninggalkan ayah, 2 adik laki-laki dan 1 adik perempuan berambut putih bernawa Walanda. Walanda, ini anak yang unik, sebagian orang menyebutnya anak kanjoli.

    Bukan karena rambutnya yang putih. Ia anak idaman sang ayah hingga rela meninggalkan negeri Melayu mendayung 6 bulan lamanya ke tanah Makkah Al Muharram untuk bermunajat kepada Tuhannya.

    Berbulan-bulan hajatnya ingin punya anak perempuan setelah anaknya ke-6 tetap lelaki maka luapan do'anya dihadapan Tuhannya terbalaskan.
    Kendati melepas rindu istrinya, di tanah Melayu.

    Sujudnya disubuh buta tak khusyuk, ada bayangan istrinya, istrinya yang ia tinggal bersama 6 anak lelakinya dan hamil lah pula.

    Ia menyudahi sujudnya dan hendak mencuci pakaiannya. Ia turun keair tapi bukan sumur namanya. Mata air rapi dengan tumpukan batu. Namanya Zam-zam. Diair itu melihat wanita mirip wajah istrinya.

    Rasa ragu menegurnya, tertunduk tak berani bertatap, sebab ia tokoh di Melayu, disegani penduduk setempat atas kemampuannya memahami spritual.

    Hari berlalu, ia tetap fokus pada niatnya. Dalam hati, sebelum terkabul doanya lewat mimpi tetaplah niatnya berdoa.

    Do'anya bukan subuh tapi terjaga tengah malam. Sujud kedua, melihat wajah istrinya. Ia kebingungan usai ibadah.

    Hendak pulang, menandai kokok-an ayam ketiga, ia kembali turun untuk bersih-bersih di air. Tak sengaja wanita mirip istrinya itu rupanya ada ditempat ia melihat nya pertama kali. Lalu, ia memberanikan diri bertanya.

    Siapa gerangan, wanita mirip istrinya. Rupanya wanita itu memberitahunya bahwa dialah wanita pasangannya di dunia. Mendengar ini hatinya, teriris. Ia mengingat wanita kesayangannya sedang hamil dan melarangnya untuk pergi berhajat sebelum meninggalkan tanah melayu.

    Kisah Ini, sebagian orang menerjemahkan bahwa orang Ka-Tobengke dilarang berhaji dan berakhir dengan hinaan.
    Mereka sesungguhnya tak paham alur sejarahnya.

    Tapi sekali lagi...
    Bukanlah itu tujuan kisah ini.

    Ini tentang anak Kanjoli bernama Walanda, berambut putih, wajah berseri cantik nan jelita yang lahir saat ibunya, Wa Sirata telah meninggal dunia sehingga berujung tuduhan sepihak pada suaminya La Hundu Use oleh pembenci ditanah Melayu sebelum raja membuktikannya sendiri dengan diadakannya acara gendang
    7 hari 7 malam. Inilah, awal kisah tari Linda dan Mangaru, tari sakral orang Ka- Tobengke.

    Tari berlagu Ya, ye, yo, yang diambil dari akhiran-akhiran kalimat, awalannya sir(tak terdengar).

    Tari dimana asal muasal manusia dikisahkan 7 bersaudara, Kakak jadi manusia, dan 6 adiknya mendampinginya lahir tapi tak nampak. Lagunya lagu 'Awali', demikian tetuah Ka-Tobengke menyebutnya.

    Jika kau mengingatnya maka mereka pun mengingatmu, jika kau minta mereka memberi tahumu makapun memberi tahumu.

    Itulah ajaibnya mereka. Lewat lagu, orang- orang Ka-Tobengke mengingatnya...


    Bersambung.....


    Penulis | Redaksi