-
BUMISULTRA
Kegiatan pembelajaran di sekolah sejatinya bisa merubah perilaku siswa menjadi pribadi yang lebih baik, mampu mengembangkan karakter positif serta kemampuan pada diri peserta didik. Semua kegiatan pembelajaran ini tidak bisa berjalan tanpa adanya kolaborasi antara siswa dan guru.
Guru juga ditekankan dapat mengontrol kelas yang baik, begitu pun dengan murid selain memperhatikan konten kurikulum menarik, interaktif dikemas secara inovatif yang disampaikan guru, murid harus lebih aktif dan memiliki sebuah kreativitas dalam pembelajaran, serta memiliki kepekaan sosial yang sangat tinggi sehingga kegiatan pembelajaran nanti pasti akan lebih menyenangkan dan tidak membosankan
Pendidikan dimulai dari proses pendidikan yang mencerdaskan serta penularan gagasan serta ide-ide solutif dari semua pemangku kepentingan (stakeholder).Saat ini bangsa Indonesia mengalami penurunan kepribadian ditandai dengan degradsasi moral dan mentalitas ideologi asli bangsa Indonesia.
Maka pendidikan karakter tepat untuk mengembalikan nilai-nilai kepribadian bangsa, tetapi hal itu harus dimmplementasikan secara kolaboratif (pemerintah, pemerintahj daerah, satuan pendidikan, NGO, swasta dan masyarakat, walaupun hasilnya akan tercapai setelah satu generasi bangsa Indonesia. Rasa dan kondisi kebangsaan Indonesia semakin terancam dengan ditandai oleh lunturnya pemahaman dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila serta menguatnya budaya atau ideologi transnasional.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus,
Materi dan metode pengajaran harus ditonjolkan dapat berdampak baik dalam implementasi nilai-nilai Pancasila terfokus pada peran guru dalam pembentukan sikap dan kepribadiansiswa yang dilakukan untuk mendukung profil pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka Belajar dengan dengan cara sebagai berikut:
Pertama,memberikan nasehat yang merupakan salah satu bentuk pembinaan kepadasiswa agar tidak berbuat kesalahan. Kedua, sikap toleransi yang menjadi salahsatu ciri karakter bangsa yang harus dimiliki setiap manusia. Ketiga,menguatkan kedisiplinan yang berperan sangat penting untukdiimplementasikan di lingkungan sekolah guna membentuk karakter siswayang disiplin.
Keempat, cinta tanah air dimana banyak sekali agenda yangdilakukan baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat yangakan berdampak positif untuk kemajuan bangsa. Sutirna dalam Suci Setiyaningsi (2022) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).
Payung hukum Pendidikan di tanah air diakui dan mempunyai legalitas yang kuat seperti yang tertuang dalam UUD 1945 “setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan Pendidikan” ( Pasal 31 ayat 1 ) dan “Pemerintah mengusahakan dan mengadakan satu sistem Pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanandan ketaqwaan sekaligus berakhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 3).
Memasuki era digital 4,0 dan menyongsong era 5,0 Indonesia sudah siap untuk maju dan memiliki sumberdaya manusia (SDM) mumpuni, serta didorong dengan pendidikan memadai dan tenaga pengajar kompeten dan handal Asas bangsa yaitu Pancasila, yang merupakan pedoman dalam kegiatan pembelajaran yang bisa dilakukan oleh guru.
Substansi nilai-nilai Pancasila sangat penting untuk disampaikan kepada peserta didik dan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari (Aminullah, 2016). Nilai tersebut berupa perilaku yang berkaitan dengan konsep Keimanan dan Ketaqwaan kepada TuhanYang Maha Esa, perilaku manusia yang berkaitan dengan diri sendiri, konsep hidup bersama / interaksi sesama manusia dengan lingkungan, serta dengan negara, sehingga tidak dapat dipisahkan maupun digantikan oleh apapun (Suci Setiyaningsi,2022).Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam proses pembelajaran merupakan bentuk nyata yang dilakukan oleh siswa maupun guru.
Menerapkan Profil Pelajar Pancasila, antara lain; pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran dengan projek dan pembiasaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Guru sudah menjalankan strategi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya data nilai mata pelajaran dan dokumentasi kegiatan peserta didik. Dalam keberhasilan penerapan strategi ini guru harus kreatif dalam merancang pembelajaran.
Selain peran guru keluarga dan lingkungan sosial juga ikut berperan dalam pembentukan karakter peserta didik (Meilin Nuril Lubaba, 2022). Sikap toleransi dari orang tua memberikan pengaruh signifikan dan melekat pada diri siswa dan dirasa memberikan kenyamanan dan manfaat yang besar pengembangan mental anak sehingga akan terbiasa dan dibawa seorang anak hingga dewasa (Miklikowska, 2016).
Membiasakan anak untuk selalu bertutur kata sopan, respek dan bersikap yang santun, akan memberikan kesempatan anak untuk berinteraksi dengan teman sebayanya, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dan berinteraksi dalam batas-batas kewajaran dengan orang lain maupun orang yang lebih tuadarinya menjadi metode yang dapat diterapkan oleh orangtua dalam membentuk sikap toleransi anak (Yunida.2017). Pembentukan karakter nasionalisme siswa secara dini mencakup karakter nasionalisme terbentuk pada diri peserta didik (1) religiusitas mencerminkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang tinggi, (2) toleransi (3) persatuan dan kesatuan (4) disiplin (5) tertib (6) berani dan jujur (7) menghargai jasa para pahlawan (8) sikap demokratis (9) tanggung jawab, dan (10) mencintai budaya lokal (A Rifaâ,dkk,2017).
Solusi : Membangun hubungan dan interaksi yang baik di dalam kelas dan di sekolah
Dilihat dari tinjauan psikologi penanaman pendidikan karakter di sekolah mesti didukung aktifitas-aktifitas positif yang akan membangun nilai-nilai serta moral dan karakter siswa. Guru mulai mendesain dan menerapkan strategi pembelajaran tertentu seperti membangun hubungan dan interaksi yang baik di dalam kelas dan di sekolah tempat siswa menimba ilmu baik dengan teman-temannya maupun dengan guru. Bawaan karakter dari keluarga yang dibangun dari rumah juga menjadi fokus perhatian semua pihak, khusus dimana usia masih remaja memiliki level emosi serta psikologis cendrung labil. karakter Sering kita jumpai bawaan dari sang anak inilah yang akan ditunjukkan seorang anak dalam menunjukkan emosinya saat bersosialisasi di kehidupan sehari-hari. (*)
Penulis : Kasi Peserta Didik & Pembangunan Karakter pada Bidang Dikdas Dikbud Kabupaten Wakatobi, Ahmadi, S.Pd.,M.M