-
BUMISULTRA
Penyakit tuberculosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan yang perlu diselesaikan di Indonesia. Apalagi dengan kasus perokok yang dapat mengancam seseorang yang mempunyai penyakit tuberculosis. Seperti yang kita ketahui, bahwa merokok merupakan kebiasaan yang dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan, terutama pada paru-paru.
Rokok dikenal sebagai salah satu faktor penyebab yang dapat meningkatkan risiko tuberculosis. Yang dimana tuberculosis (TB) adalah salah satu masalah utama kesehatan masyarakat dan termaksud dalam sasaran para Millennium Development Goals (MDGs) dalam pemberantasan penyakit di dunia.
Penyakit TB merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang cara penyebarannya melalui percikan dahak (droplet nuclei) yang mengandung mycobacteria yang dikeluarkan pada saat seseorang tersebut sedang batuk, bersin dan sedang berbicara. Penyakit tuberculosis ini bukan hanya menyerang pada organ paru-paru tetapi dapat menyerang organ tubuh lainnya atau biasa disebut dengan extra-paru.
. Hubungan TB dan rokok sudah di selidiki sejak tahun 1918. Menurut World Health Organization menyatakan mengkonsumsi rokok menduduki peringkat ke empat dari seluruh faktor risiko masalah kesehatan, yang dimana sebanyak 20% TB berhubungan dengan rokok. Perokok memiliki kemungkinan 40-60% lebih tinggi dibandingkan yang bukan merokok untuk mengembangkan penyakit tuberculosis setelah terinfeksi TB. World Health Organization (WHO) memperingatkan lebih dari 40% perokok didunia meninggal karena paru-paru seperti kanker, penyakit pernapasan akut, dan TBC.
Indonesia sudah tercatat sebagai Negara dengan beban penyakit TB tertinggi ketiga di dunia. Diperkirakan terdapat 10 juta kasus baru yang muncul di Indonesia setiap tahunnya. Setiap tahun,penggunaan tembakau telah membunuh sekitar 8 juta orang. WHO memprediksi setiap tahun terjadi 840.000 kasus baru dengan perkiraan 130.000 penderita baru infeksius, diakibatkan karena pada dahaknya terdapat bakteri tahan asam (BTA). Yang dimana dapat kita prediksi bahwa diperkirakan akan terjadi suatu peningkatan 10 juta kasus kematian pertahun pada tahun 2030.
Oleh karena itu, meskipun saat ini pandemic covid-19 masih berlangsung di Tanah Air, kita harus berupaya mengatasi tuberculosis yang semakin meningkat. Sesuai perkiraan WHO, kematian akibat TB akan bertambah sebanyak 400.000 di seluruh dunia atau setiap jam bertambah sekitar 45 orang meninggal, jika kelangsungan layanan TB esensial terganggu selama pandemi Covid-19.
Tingginya angka TB membuat Pemerintah Indonesia harus menargetkan bebas tuberculosis pada tahun 2030. Pentingnya penanganan tuberculosis ini, yang membuat Pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk mengeliminasi TB pada tahun 2030 sesuai target SDGs.
Ada beberapa penjelasan potensial mengenai keterkaitan antara rokok dan tuberculosis, walaupun harus ada penelitian lebih lanjut untuk mekanisme yang terlibat. Yang dimana salah satu penjelasannya adalah karena merokok dapat menurunkan respons kekebalan atau merusak fungsi silia pada saluran udara, sehingga meningkatkan risiko TB. Oleh karena itu, untuk mengurangi jumlah kasus masa depan, pengendalian tembakau perlu dilakukan.
Penulis : Wa Ode Ismi, (Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kendari, Jurusan Teknologi Laboratorium Medik)