• Pendekatan Menghibur di Dua Negara Berbeda

image_title
Ket: Ilustrasi
  • Share

    BUMISULTRA

    Genz kita lebih tau istilah2 di komunitas mereka (Bahasa kereennya/ BHS gaul genZ) tapi sesungguhnya lupa akan basis ilmu pengetahuan yang sangat fundamental buat pengembangan diri, career masa depan ( future career) juga dan responsif Adaptif terhadap kebutuhan akan lompatan kemajuan teknologi .

    MENGAMATI di sebuah unggahan Ig / vidio beredar lalu viral medsos 

    Di suatu sudut sekolah di China, sekelompok anak-anak usia belasan tahun sibuk di laboratorium. Mereka mengenakan jas putih, menggenggam pipet, dan dengan penuh konsentrasi memeriksa sampel DNA di bawah mikroskop. Bahkan mengamati sampel tentakel ubur ubur....sedalam ini mereka udah eksplorasi lho...

    Guru mereka berdiri di belakang, mendorong anak-anak itu untuk bertanya, bereksperimen, dan menemukan solusi atas teka-teki ilmiah yang mereka hadapi. Di usia muda, mereka sudah diajarkan untuk berpikir kritis, bekerja kolaboratif, dan mengembangkan rasa ingin tahu tanpa batas.

    ????Sementara itu, di sebuah sekolah di Indonesia, sekelompok anak-anak lain tengah merekam temannya yang sedang salat di sudut masjid. Atau ber kelahi di dalam masjid???????? anak2 saya sendiri soal baca buku susah nya minta ampuunn..mending scrol scrol tik tok. 

    Mereka tertawa kecil, saling melempar candaan, dan merasa bangga ketika video mereka menjadi viral di media sosial. Ada kesan bahwa kreativitas anak2 +62

    Berorientasi pada hiburan, bukan pada eksplorasi ilmu atau inovasi.  Atau tanya aja anak2 kita pengetahuan umum; apa SINGKATAN dari MPR,,,atau NPWP . atau SIM ??? mereka cepat respons gak. Atau tolong sebut nama bandar udara internasional Manado..!!

    Genz kita lebih tau istilah2 di komunitas mereka ( Bhs kereen nya/ BHS gaul genZ) tapi sesungguhnya lupa akan basis ilmu pengetahuan yg sangat fundamental buat pengembangan diri, career juga dan kebutuhan akan lompatan kemajuan teknologi .

    Dua cerita ini tidak hanya mencerminkan perbedaan aktivitas, tetapi juga bagaimana sistem pendidikan dan budaya menanamkan nilai kepada generasi mudanya. Di China, anak-anak sejak dini diarahkan untuk menguasai sains, teknologi, dan keterampilan inovatif lainnya yang relevan dengan masa depan global. Eksperimen ilmiah atau proyek-proyek kreatif diintegrasikan dalam kurikulum sekolah, dan hasilnya terlihat pada prestasi mereka di tingkat internasional.

    Di Indonesia, kreativitas anak-anak seringkali terfokus pada hal-hal spontan dan hiburan ringan.

    Budaya viral yang tumbuh subur di media sosial memengaruhi bagaimana mereka mengekspresikan diri. Meski terkadang lucu dan menghibur, pendekatan ini sering kurang memiliki dampak jangka panjang pada pengembangan keterampilan yang dapat mengubah masa depan.

    Namun, narasi ini tidak sepenuhnya hitam-putih.  Anak-anak Indonesia juga memiliki potensi besar jika diberi akses pendidikan dan kesempatan yang lebih baik. Ada banyak kisah inspiratif tentang anak-anak yang menciptakan solusi lokal untuk tantangan di komunitas mereka, menunjukkan bahwa kreativitas dan inovasi sebenarnya tidak terbatas pada satu bangsa saja.

    Akhirnya, kunci untuk menjembatani kesenjangan ini adalah menciptakan lingkungan yang mendukung eksplorasi ilmu dan kreativitas sejak dini, sambil tetap menghargai nilai-nilai budaya lokal. Dengan pendekatan yang lebih seimbang, anak-anak Indonesia dapat menunjukkan bahwa mereka pun mampu bersaing di tingkat global. (*)

    Penulis : Ahmadi (Bekerja sebagai ASN di Sekretariat Pemda /Koordinator Sahabat Rizky Irmansyah (SRI) Wakatobi)

     


    Penulis | Nana